RITUAL LARUNG SESAJI 1 SURO




Kalau berkunjung ke sebuah daerah pasti anda akan memilih pantai-pantai yang ada disana, tapi yang kali ini saya bahas bukan pantainya tetapi tentang ritual di pantai setiap 1 suro.Pernahkah anda mendengar atau melihat ritual larung sesaji? Mungkin anda masih bertanya-tanya ritual apa itu?

.Larung sesaji 1 suro adalah ritual setiap 1 suro yang bertujuan untuk melestarikan budaya adat Jawa. Ritual ini juga sebagai wujud rasa syukur nelayan atas melimpahnya tangkapan ikan dan sebagai doa tolak bala agar nelayan terhindar dari segala bahaya.Ritual ini hanya di adakan pada tanggal 1 suro, kalau di Blitar biasanya di selenggarakan di Pantai Serang dan Pantai Tambakrejo.Biasanya acara ini di awali dengan tarian-tarian yang bertujuan untuk menyambut para tamu yang hadir seprti bapak Bupati Blitar serta dari Dinas Impopar dan juga segenap pejabat Pemda.Ritual ini di selenggarakan setiap tahun nya untuk memperingati tahun baru Islam (1 Muharam).
Upacara Larung ini juga bisa menarik wisatawan karena masih kental dengan adat dan budaya Jawa.Upacara Larung Sesaji ini sangat sakral dan di percaya oleh warga Desa Serang dan sekitarnya sebagai warisan budaya leluhur.Semua pengikut dan undangan setiap pelaksanaan Larung Sesaji di Pantai Serang di laksanakan berdasarkan adat jawa dengan memakai pakaian khas orang Jawa atau Kejawen.Sedangkan pelaksanaan Larung Sesaji di lengkapi dengan Tumpeng Agung setinggi 1,5 meter.Tumpeng Agung juga di hiasi dengan buah-buahan dan hasil bumi warga Desa Serang contohnya ubi,ketela pohong,jagung,kacang tanah, pepaya, dan pisang yang di rakit dan di tempatkan di atas alas dari anyaman bambu seluas 7 meter2. Berbagai sesaji juga dibawa sebagai kelengkapan ritual termasuk kepala sapi/lembu .Sebelum di berangkatkan para sesepuh desa melaksanakan selamatan yang di ujubkan oleh pawang desa di tempat yang sudah di tentukan sejak jaman dahulu dari nenek moyang abdolnya di depan joglo.Selesai selamatan bisa disusun persiapan pemberangkatan Upacara Larung.Di urutan pertama arak-arakan para sesepuh desa membawa sesaji dan tabur bunga di belakangnya terdapat Tumpeng Agung.Di belakang Tumpeng Agung ada para ibu-ibu petani yang membawa ranjang berisi sayur-sayuran dan hasil bumi lainnya serta siap untuk di larung.Kemudian belakangnya dari kesenian jaranan turonggo samudro dari Desa Serang Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar yang memiliki pemeran barongan yang indah dan menyeramkan dengan tubuh yang hitam kekar.Di belakangnya para sesepuh dan pejabat desa serta Pak Camat, semua perangkatnya,kemudian Bapak Bupati Blitar dan juga semua pejabat Pemda tak kalah pentingnya juga para pejabat impopar yang selalu memandu jalannya ritual larung sesaji yang dilaksanakan di Pantai Serang setiap 1 Suro.
Arak-arakan menuju pantai Serang
Arak-arakan sangatlah ramai karena jarak dari tempat sesaji dan laut membutuhkan waktu 20 menit sudah sampai di pinggiran pantai.Sesampainya di pinggiran pantai sesepuh desa berdoa agar Tumpeng Agung di terima oleh Yang kuasa.Selesai doa Tumpeng Agung langsung di terima oleh pasukan nelayan yang siap melarungkan Tumpeng Agung dengan jumlah 8 orang nelayan.Tumpeng Agung telah di letakkan di perahu dan melaju ke tengah laut di sertai lemparan hasil bumi yang di bawa oleh ibu-ibu petani.Setelah para nelayan sampai di tengah laut Tumpeng Agung langsung di lepas oleh para nelayan dan di bawa ombak ke samudra luas itu membuktikan Tumpeng Agung telah di terima oleh Yang Kuasa.Selesailah sudah Upacara Ritual Larung Sesaji yang di laksanakan setiap 1 suro di Pantai Serang.Ritual larung sesaji menjadi tontonan menarik bagi ribuan warga yang datang tidak hanya berasal dari Blitar saja.